Petani Menangis Di Negeri Agraris, Mengapa?
16 Dec 2021
521
by Admin Demo

Himpunan Mahasiswa Agroteknologi (HIMAGRO) Universitas Mercu Buana Yogyakarta (UMBY) menyelenggarakan akhir program kerjanya  yaitu Diskusi Publik yang diselenggarakan secara online, dengan mengangkat tema “Petani Menangis Di Negeri Agraris, Mengapa?”. Sabtu (11/12/2021).

Seminar diikuti 150 peserta umum dari berbagai kalangan seperti Dinas Pertanian Kabupaten Sleman, Universitas Tidar, UNSRI, INSTIPER Yogyakarta, UKDW, dan yang lainnya.

Dr. Ir. Bambang Nugroho, M.P. selaku Kepala Program Studi Agroteknologi Universitas Mercu Buana Yogyakarta (UMBY) dan Para Dosen Program Studi Agroteknologi UMBY turut hadir mengikuti Diskusi Online ini.

Acara Diskusi Publik ini bertujuan untuk mengetahui apa saja yang menjadi  petani menangis di Negeri Agraris ini, mengkilas kembali apakah Indonesia masih bisa disebut negara Agraris. Dalam diskusi ini dihadiri oleh tiga narasumber utama yaitu bapak Sumarno selaku perwakilan dari Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Sleman, Dr. Ir. Bambang Nugroho, M.P. selaku Dosen Program Studi Agroteknologi,  dan bapak Harisuddin selaku CEO Harfarm .

Bapak Sumarno menyampaikan materi terkait dengan “Sulitnya meyakinkan dan menerapkan kepada petani lokal tentang kebijakan pembangunan”. Sedangkan, Dr. Ir. Bambang Nugroho, M.P. menyampaikan materi terkait dengan “Sulitnya mempertahankan julukan negara agraris bagi Indonesia”. Kemudian, Bapak Harisuddin menyampaikan materi terkait adanya “Permasalahn penurunan lahan dan solusi penanganan dengan melakukan inovasi teknologi”

Bapak Sumarno selaku pemateri pertama 1, menyampaikan bahwa untuk meningkatkan nilai produksi petani masih sangat sulit, selain itu penerapan kebijakan juga masih sulit untuk diterima oleh para petani dan permasalahan makro dalam sector pertanian. .

“Permasalahan makro disektor pertanian adalah alih fungsi lahan, kepemilikan lahan yang sempit, produktivitas yang belum optimal, hasil yang tidak tahan lama, tingginya penggunaan pupuk kimia, fluktasi harga, dan banyak yang lanjut usia. Dalam hal ini pemerintah daerah melindungi petani dengan cara membentuk koperasi petani, kelompok tani, serta asoisiasi petani. Kendati demikian untuk mencapai kesejahteraan masih sangat sulit, karena masih minimnya ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh para petani, sehingga masih sangat sulit untuk menerima kebijakan yang diberikan oleh pemerintah setenpat. Permasalahan yang terjadi  bisa juga karena bibit yang diberikan kepada petani tidak memberikan hasil yang maksimal (kualitasnya masih kurang) sehingga menyebabkan pula sektor pertanian menurun,” Tutur Bapak Sumarno.

Dr. Ir. Bambang Nugroho, M.P. selaku pemateri 2 menyampaikan bahwa masihkah Indonesia masih dibilang sebagai negara Agraris, sedangakan persen lahan petani masih sangat jauh dibandingkan dengan lainnya.

 “Indonesia saat ini masih belum memenuhi sebagai negara agraris, dikarenakan menurut PDB (Produk Domestik Bruto) sektor pertanian hanya sekitar 13,53%, sedangkan sektor lainnya lebih tinggi contohnya pada sektor industri yang mencapai 19,66%. Walaupun Indonesia memiliki luas lahan yang besar, namun jika persen lahan pertanian masih sedikit maka sangat sulit untuk kembali disebut sebagai negara agraris . Fakta yang mennyebabkan petani “menangis” adalah nilai NTP yang masih kurang stabil, dalam hal ini petani memiliki 2 resiko yaitu resiko agronomis dan resiko ekonomis,” tutur Dr. Ir. Bambang Nugroho, M.P.

Bapak Harisuddin selaku pemateri 3, menyampaikan bahwa permasalan di dunia pertanian hingga cara mengatasinya.

“Sejumlah permasalahan di dunia pertanian disebabkan adanya penurunan lahan serta menurunnya jumlah petani pada setiap tahunnya. Untuk itu solusi yang bisa dilakukan haruslah memperhatikan 3 kunci utama yaitu regulasi, akademis, dan praktisi. Upaya yang bisa dilakukan untuk menuju pertanian yang maju adalah mewujudkan inovasi teknologi pertanian melalui kegiatan pertanian organik, seperti menanam padi organic, bibit varietas unggul, dan memeperluas jaringan online shop.” Tutur Bapak Harisuddin

Pada sesi acara setelah penyampaian materi, terdapat sesi diskusi dan sesi tanya antar peserta dan narasumber. Kemudian dilanjutkan dengan pembagian doorprize untuk 6 orang pemenang, dengan 3 orang penanya terbaik dan 3 orang yang bisa menjawab pertanyaan yang diajukan, sehingga membuat peserta sangat antusias mengikuti jalannya acara Diskusi Publik ini.